Palu, Satusulteng.com – Wali Kota Palu Hidayat menegaskan pihaknya bukan menolak bantuan ke daerah itu, tetapi mempertimbangkan dan mengkaji lebih dahulu, apakah memberikan manfaat atau tidak kepada masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan Hidayat terkait postingan salah seorang pengguna media sosial, yang menyebut nasib nelayan di Kota Palu kian miris, disebabkan pemerintah enggan menerima bantuan 815 mesin katinting dan tabung gas dari Kementerian ESDM.
“Bukan saya melarang bantuan itu diberikan untuk nelayan di Kota Palu. Kalau mau bantu silahkan, tetapi kita pertimbangkan dan kaji terlebih dahulu, apa dikemudian hari bantuan tersebut tidak bermasalah,” kata Hidayat di Palu, Rabu.
Bantuan itu kata Hidayat, ditujukan kepada para nelayan, dengan maksud agar mereka beralih dari Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG), dalam setiap aktivitas menangkap ikan dengan perahu milik mereka.
Hidayat menjelaskan saat ini warga Kota Palu terus mengeluh soal kelangkaan gas. Hidayat mempertanyakan apakah bantuan tersebut tidak akan dipermasalahkan oleh para nelayan, jika nanti bantuan itu diberikan, kemudian nelayan susah memperoleh gas untuk menghidupkan mesin katinting itu.
“Itu maksud saya, sehingga perlu dikaji secara mendalam,” ujar Hidayat
Hidayat hanya ingin, bantuan 815 paket mesin katinting dan dua tabung gas itu, tidak terbengkalai oleh nelayan di Palu, apabila nantinya, nelayan tidak memanfaatkan disebabkan kelangkaan tabung gas yang saat ini masih terjadi.
Hidayat mengaku senang Kota Palu mendapat bantuan tersebut, sebab itu merupakan bentuk perhatian Kementrian Migas, terhadap nelayan di kabupaten dan kota di Indonesia, agar mulai beralih menggunakan BBG.
“Tapi kita lihat dulu, apakah bantuan tersebut nantinya tidak akan menimbulkan masalah, karena pada akhirnya sasaran dari keluhan yang mereka rasakan ke Pemkot Palu,” jelas Hidayat.
Hidayat tidak ingin kejadian serupa terulang . Di mana nasib beberapa bantuan pemerintah pusat di Kota Palu saat ini sangat memprihatinkan sebab tidak termanfaatkan secara maksimal.
Ia mencontohkan kondisi Pasar Talise, Pasar Tavanjuka dan Pasar Bulili di Kelurahan Petobo yang cukup miris, disebabkan kurangnya warga yang datang berbelanja di sana . Ditambah beberapa pedagang yang awalnya berjualan telah berpindah, karena dagangan milik mereka kurang laris.
“Ada juga bantuan pemerintah pusat kepada Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Palu, berupa lima unit bak air yang dibangun dan tidak berfungsi hingga saat ini,” ungkap Hidayat.
Sebelumya salah seorang pengguna media sosial facebook, dengan akun Maya Saridja, mempertanyakan ketidakhadiran perwakilan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelutan Kota Palu dalam rapat koordinasi dan penandatangan MoU peralihan dari BBM ke BBG bagi nelayan oleh Ditjen Migas Kementerian ESDM di Semarang baru-baru ini.
“Selamat jalan mesin katinting dan tabung gas . Nasib nelayan Kota Palu semakin miris,” tulis Maya Saridja dalam postingannya.