PALU, SATUSULTENG.com – Pemilihan Wakil Gubernur Sulteng sepeninggal almarhum Sudarto adalah momen yang sepatutnya dimanfaatkan partai politik (parpol) pengusung Pilgub Sulteng tahun 2016 untuk menjagokan kader-kader terbaiknya. “Ada kesalahan, gagal paham, seakan-akan pemilihan Wagub melalui mekanisme like and dislike (suka atau tidak suka). Seolah-olah ada masyarakat yang menonjolkan figur seseorang layak menjadi Wagub,” jelas Ketua DPD PAN Kota Palu Irvan Dj Nouk pada Rabu siang (25 January 2017).
Irvan juga meminta hendaknya pemilihan Wagub pendamping Gubernur Sulteng Longki Djanggola hingga masa jabatannya berakhir tahun 2021 didudukkan sebagai force major. “Undang-undang jelas mengisyaratkan, ini ranah parpol. Komposisinya harus kader parpol yang didorong, kalau tidak maka (bisa dikatakan) parpol tidak ada kader” ujarnya.
Menurutnya ini merupakan kesempatan bagi parpol pengusung Koalisi Teruskan Longki-Sudarto pada Pilgub 2015 lalu untuk menempatkan kader-kader terbaiknya maju dan berkompetisi untuk selanjutnya dipilih legislatif provinsi. Ini penting untuk menepis isu di publik jika pemilihan Wagub tidak lepas dari tawar menawar mahar atau bargaining politik antara parpol dengan gubernur. Menurut dia, partai politik sepatutnya dikembalikan pada fungsinya melahirkan kepala daerah yang berwibawa dan memahami kepentingan publik. Sementara pemilihan kepala daerah atau wakil kepala daerah tersebut bukan semata-mata melihat alasan profesionalitas, namun lebih dari itu, parpol akan lebih mengutamakan figur politik. “Sehingga kalau ada yang mau menjadi kepala daerah, ya harus masuk partai politik. Kalau tidak, maka untuk apa partai didirikan. Jangan gagal paham, mau opurtunis, sukses di bidang A, mau juga sukses di bidang B, padahal ini berbeda,” tambahnya. Karena itu, ia berharap Parpol pengusung Longki-Sudarto tidak menjadikan figur poltik yang diusung sebagai asesoris. Ia pun mengajak orang-orang yang punya fikiran maju untuk masuk dan menguatkan partai.
Sejak awal, PAN merupakan partai yang konsisten mendukung Longki ini hanya bulat menyorong satu nama, yakni Ketua DPW PAN Sulteng, Oskar Paudi sebagai kandidat Wagub Sulteng pengganti almarhum Sudarto. Secara internal partai, Oskar telah mengabdikan dirinya di partai berlambang matahari itu dan menjadi anggota DPRD Banggai selama tiga periode. Sementara secara geopolitik, Oskar akan menguntungkan Gubernur Longki Djanggola, sebab yang bersangkutan juga berasal dari wilayah timur Sulteng. Sebagaimana diketahui, sebagian suara Longki-Sudarto pada Pilgub 2015 didulang dari Sulteng wilayah timur.
Sebagaimana diketahui bahwa pada hari Minggu (22/1/2017), empat pimpinan partai pengusung Longki-Sudarto yang tergabung dalam Koalis Teruskan yakni Gerindra, PAN, PKB dan PBB telah melakukan pertemuan di rumah jabatan Gubernur Sulteng, untuk menetapkan usulan calon wagub yang akan diusulkan ke DPRD untuk selanjutnya ke Presiden melalui Mendagri. DPW PBB Sulteng pada pertemuan itu mengusulkan dua nama yakni Mansur Pasande dan Hidayat Lamakarate, DPW PKB mengajukan Hidayat Lamakarate, dan Zainal Daud. Sementara DPD Gerindra mengusulkan Alimuddin Pa’ada dan Hidayat Lamakarate. Sedangkan DPW PAN mengajukan ketuanya Oscar Paudi. Longki-Sudarto yang diusung Gerinda, PBB, PKB dan PAN terpilih untuk kedua kalinya memimpin Sulteng periode 2016-2021 pada pilkada serentak 9 Desember 2015, namun Wagub Sudarto meninggal dunia karena sakit pada 1 Oktober 2016. Sesuai ketentuan, calon pengganti wagub diusulkan oleh partai-partai pengusung dalam pilkada kepada DPRD Sulteng untuk ditetapkan lalu diajukan ke Presiden melalui Mendagri guna disahkan dan dilantik oleh Kepala Negara.
Sesuai arahan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo kepada Gubernur Sulteng, diusahakan pelantikan Wagub Sulteng bersamaan dengan pelantikan Gubernur hasil Pemilihan Kepala Daerah 2017 di Istana Negara, Jakarta.***