Tantangan dan Upaya Penangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara Kota Palu

Palu, SatuSulteng.com – Minimnya pengetahuan orang tua hingga tidak mengetahui dampak apa yang akan terjadi jika stunting dibiarkan begitu terus, membuat generasi emas yang digancangkan dan diharapkan seluruh rakyat Indonesia nyaris terancam. Stunting masih saja menjadi pembicaraan hangat setiap hari bahkan menjadi upaya yang masih mati-matian setiap bulan dan tahunnya untuk diatasi segera.

Stunting menurut WHO

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena malnutrisi yang terjadi pada anak-anak berusia dibawah lima tahun. Stunting juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana keadaan tubuh pendek atau sangat pendek yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (zscore) antara -3 SD sampai dengan < -2 SD. Anak-anak dikategorikan stunting jika panjang/tinggi badannya kurang dari -3 SD dari median

Standar Pertumbuhan Anak menurut World Health Organization (WHO) untuk kategori usia dan jenis kelamin yang sama.

Angka Stunting di Indonesia

Hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukan prevelensi stunting Sulawesi Tengah sebesar 27,2 % turun 1 % dibanding prevelensi tahun 2022 sebesar 28,2 %. Sebagaimana diketahui, target penurunan prevalensi Stunting secara nasional sampai tahun 2024, yakni menjadi 14%. Sementara, tahun 2023 data Stunting Kota Palu sebesar 22,1%. Jumlah tersebut turun dari tahun sebelumnya, yakni tahun 2022 sebesar 24,7%. Berfokus pada Puskesmas Nosara pada 1 tahun terakhir (2023) didapatkan data anak stunting sebanyak 154 kasus dan dalam 1 bulan terakhir (yaitu

Desember 2024) terdata sebanyak 115 kasus.

Faktor Penyebab Stunting

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Nosarara, terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya angka stunting, antara lain:

Kurangnya Asupan Gizi Seimbang – Banyak anak mengalami kekurangan asupan protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi pertumbuhan.

Pola Asuh yang Kurang Tepat – Beberapa orang tua belum sepenuhnya memahami pentingnya pemberian makanan bergizi bagi anak.

Faktor Ekonomi – Kondisi ekonomi yang sulit membuat beberapa keluarga kesulitan menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak mereka.

Kurangnya Akses terhadap Pelayanan Kesehatan – Tidak semua keluarga rutin membawa anak mereka ke posyandu untuk pemantauan pertumbuhan.

Di Puskesmas Nosarara, Kecamatan Tatanga, Palu salah satu kasus diantara 115 kasus yang tercatat adalah An. N berusia 16 bulan dengan berat badan 7,0 kg dan tinggi badan 69,2 cm. Kondisi ini jauh di bawah standar pertumbuhan yang ditetapkan WHO.

Dilakukan intervensi dengan pemberian makanan tambahan selama 6 minggu. Hasil intervensi setelah enam minggu menjalani program intervensi di Puskesmas Nosarara, pasien mengalami peningkatan berat badan menjadi 7,4 kg meskipun tinggi badan masih stagnan di 69,2 cm. Kenaikkan berat badan belum mencapai target normal. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan penanganan yang tepat, kondisi stunting dapat diperbaiki secara bertahap.

Upaya Puskesmas Nosarara dalam Penanggulangan Stunting

Sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan dasar, Puskesmas Nosarara telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi permasalahan stunting. Beberapa program intervensi yang telah dilakukan antara lain:

Edukasi Gizi untuk Orang Tua – Memberikan informasi tentang pola makan sehat dan pentingnya protein dalam pertumbuhan anak.

Pemberian Bantuan Makanan Bergizi – Pembagian makanan tinggi protein seperti telur, daging ayam, dan sayuran hijau kepada keluarga dengan anak stunting.

Pemantauan Pertumbuhan Balita – Mengadakan sesi pemantauan berat badan dan tinggi badan setiap minggu untuk memastikan adanya peningkatan status gizi anak.

Pendampingan Intensif – Melalui komunikasi aktif dengan orang tua, petugas kesehatan memonitor pola makan dan perkembangan anak secara berkala.

Kepala Puskesmas Nosarara, menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat dalam menangani stunting. “Kami berharap orang tua lebih aktif dalam mengikuti program posyandu dan memperhatikan pola makan anak. Stunting bisa dicegah jika kita semua berperan aktif,” ujarnya.

Dengan terus dilakukannya program edukasi dan intervensi gizi, diharapkan angka stunting di Kota Palu, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Nosarara, dapat terus menurun, sehingga generasi mendatang tumbuh sehat dan cerdas.

Sumber:

1. Nirmalasari NO. Stunting Pada Anak: Penyebab dan Faktor Risiko Stunting di

Indonesia. QAWWAM: JOURNAL FOR GENDER MAINSTREAMING

[Internet]. 2020 Jun 10;14(1). Available from:

https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunitas/article/view/2188doi:10.

20414/komunitas.v9i2.2188

2. Yanti ND, Betriana F, Kartika IR. Faktor Penyebab Stunting Pada Anak:

Tinjauan Literatur. REAL in Nursing Journal. 2020;3(1):1.

doi:10.32883/rnj.v3i1.447

3. Imron media center. Rembug Stunting Diharapkan Percepat Upaya Penurunan

Stunting di Kota Palu. 2024; Available from: https://palukota.go.id/rembug-

stunting-diharapkan-percepat-upaya-penurunan-stunting-di-kota-palu/

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Rembuk

Stunting Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2024 Dan Pemberian Penghargaan

Kinerja Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten/Kota Se-

Sulawesi Tengah Tahun 2024. 2024; Available from:

https://bappeda.sultengprov.go.id/events/rembuk-stunting-provinsi-sulawesi-

tengah-tahun-2024-dan-pemberian-penghargaan-kinerja-aksi-konvergensi-

percepatan-penurunan-stunting-kabupaten-kota-se-sulawesi-tengah-tahun-

2024/

5. Haskas Y. Gambaran Stunting Di Indonesia: Literatur Review. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Diagnosis. 2020;15(2):2302–531.

Profil Penulis

Nama : Rizki Maulida Rahmawati, S.Ked

Pendidikan : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu

Agama : Islam

Email : rizkymaulida01@yahoo.com.au

Exit mobile version