Palu, 12 November 2018 – Operasi Survei dan Pemetaan (Opssurta) yang dilaksanakan KRI Spica-934 di perairan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II sudah memasuki masa akhir.
Berkenaan dengan hal tersebut, Opssurta yang telah berlangsung lebih kurang dua bulan bersandikan ‘’Kalinda 06 – 2018’’ ini diinspeksi Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan laut (Kapushidrosal) Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. di dermaga Lanal Banyuwangi.
Pada kesempatan tersebut, Kapushidrosal yang didampingi Diropsurta Pushidrosal Kolonel Laut (KH) Drs. Haris Djoko Nugroho M.Si dan Dirpotmar Kolonel Laut (P) Suhendro, S.A.P., M.Si (Han) serta Danlanal Banyuwangi memberikan arahan, masukan serta evaluasi berkaitan dengan
kegiatan Operasi survei dan Pemetaan yang telah dilaksanakan dengan baik oleh KRI Spica – 934.
Kapushidrosal juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh prajurit KRI Spica – 934 atas dedikasi dan kinerja yang tinggi karena mampu mengemban tugas tambahan, yaitu berpartisipasi dalam Penilaian Kapal Teladan dan Operasi Survei Tanggap Darurat di Palu. Hal ini disampaikan Kapushidrosal kepada Komandan KRI Spica – 934 Letkol Laut (P) Hengky Iriawan, S.T., dan seluruh perwira di sela-sela waktu kegiatan inspeksi.
Operasi Survei dan Pemetaan ‘’Kalinda 06 – 2018’’ ini terbagi dalam tiga area. Area pertama berada di ALKI 2 segmen 2 yang berada di laut Bali, sedangkan area dua dan tiga berada di daerah Celukan Bawang serta Temukus. Survei area pertama bertujuan untuk *updating* data survei Belanda tahun 1909 agar mampu meningkatkan level CATZOC (*Category Zones of Confidence*) wilayah ALKI 2 seperti yang disyaratkan oleh *International Hydrographic Organization* (IHO) dan *International Maritime Organization *(IMO).
Sementara itu, survei area dua dan tiga bertujuan untuk *updating* data dan pemenuhan sel ENC (*Electronic Nautical Chart*) terbaru. Sel ENC terbaru ini akan memberikan jaminan keamanan dalam bernavigasi, tidak hanya untuk kapal niaga dan kapal penumpang, namun juga untuk kapal pesiar, baik domestik maupun mancanegara.
Tidak terbatas hanya pada keamanan bernavigasi, data survei ini juga bisa digunakan sebagai salah satu bahan referensi bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk mengembangkan pembangunan potensi maritim di Laut Bali dan daerah Bali Utara. Hal ini dimungkinkan karena survei KRI Spica – 934 meliputi survei Hidrografi, Oseanografi, Meteorologi dan Geografi Maritim.
Survei Hidrografi itu sendiri meliputi akuisisi data bathimetri, geodetik, pengukuran garis pantai, investigasi bahaya pelayaran dan pengecekan Sarana Bantu Navigasi dan Pelayaran (SBNP). Sedangkan survey Oseanografi meliputi pengamatan pasang surut, pengukuran sipat datar (*levelling*), pengukuran arus dan gelombang, pengambilan contoh air dan dasar laut, pengukuran kecerahan air laut, pengukuran *Conductivity Temperature Depth (CTD)*, pengukuran sedimen dan pengukuran pola arus. Untuk survei Meteorologi meliputi pengukuran suhu udara, lembab nisbi, tekanan udara, arah dan kecepatan angin, curah hujan serta liputan awan. Selanjutnya adalah survei Geografi Maritim meliputi pengumpulan data primer geografi fisik dan sosial, kepelabuhan, alur pelabuhan, panorama dan toponimi daerah setempat.
Kapushidrosal berkesempatan pula mengunjungi PT. LUNDIN di untuk melihat potensi maritim di bidang industri galangan kapal di Banyuwangi. Sebagaimana diketahui, PT. LUNDIN berfokus pada produksi kapal berbahan serat fiber karbon yang diklaim lebih kuat empat kali lipat dari baja dan sudah berbahan anti api. Kapushidrosal juga menyampaikan bahwa kebutuhan Pushidrosal ke depan adalah mewujudkan *sounding boat* yang menerapkan sistem *knock down* atau bongkar pasang sehingga bisa lebih cepat digunakan untuk keperluan survei Hidrografi dan Oseanografi.