Palu, Satusulteng.com – Sekitar 15 unit alat berat diperbantukan untuk membersihkan lokasi terdampak likuifaksi di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis.
“Kegiatan pembersihan ini sudah berjalan dua hari dan saat ini wilayah Perumnas Balaroa sudah selesai dibersihkan, Sekarang giliran Petobo,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu Presly Tampubolon di Palu, Kamis.
Kegiatan pembersihan lokasi terdampak likuifaksi merupakan tindak lanjut dalam agenda kerja penanggulangan bencana masa transisi darurat menuju pemulihan dan rekonstruksi.
Pembersihan lokasi likuifaksi disertai dengan pembersihan puing-puing reruntuhan bangunan warga melibatkan Prajurit TNI Batalyon Zeni Tempur 8/Sakti Mandra Guna (Yonzipur 8/SMG) Kodam XIV/Hasanuddin dan Yonzipur 17/Ananta Dharma Kodam VI/Mulawarman, bersama unsur lainnya yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad).
Presly mengemukakan, proses pembersihan daerah terdampak likuifaksi hingga Desember 2018 sesuai waktu masa transisi darurat yang ditetapkan pemerintah, dimana areal hamparan yang akan diratakan seluas dua kilometer persegi.
“Jika prosesnya cepat selesai akan lebih baik dan tidak menutup kemungkinan dalam kegiatan itu ada proses evakuasi karena masih banyak korban tertimbun lumpur disana,” kata mantan Kepala Pemberdayaan Masyarakat Kota Palu itu.
Menurut dia, pembersihan lokasi-lokasi terparah akibat gempa, tsunami dan likuifaksi sebagai?upaya pemerintah menciptakan kondisi yang lebih baik, agar supaya masyarakat merasa aman dan nyaman.
Berdasarkan hasil kajian-kajian ilmiah, kata dia, kecil kemungkinan wilayah Petobo yang terdampak likuifaksi itu bisa ditempati kembali, karena sangat berbahaya dan bisa mengancam keselamatan jiwa jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sebab kondisi tanahnya belum stabil.
Pihaknya, kata dia, belum dapat memastikan apakah bekas permukiman yang terdampak likuifaksi di Petobo bisa dibuka akses jalan atau tidak.?
“Kami serahkan kepada Pangkogasgabpad bagaimana menata kembali lokasi tersebut, tentunya akan direkomendasi sesuai dengan kecocokan-kecocokan peruntukannya apakah untuk ruang terbuka hijau dan sebagainya yang tentunya tidak bisa lagi untuk permukiman,” ungkapnya?
Bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi menerjang Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala menelan dua ribu lebih korban jiwa dan merusak ribuan rumah serta fasilitas umum lainnya serta memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
Hingga kini, situasi pascagempa bantuan logistik terus disalurkan hingga rekonstuksi pembangunan hunian sementara untuk pengungsi.