Babakan perjuangan masyarakat di jazirah Timur Sulawesi untuk melahirkan Daerah Otonomi Baru; yaitu Sulawesi Timur, sudah sangat panjang. Sepatutnya kita memberi apresiasi pada pejuang Sultim yang dengan penuh kesabaran dan tidak kenal lelah, sehingga kita sampai pada titik seperti sekarang ini. Namun perlu kita ingat, bahwa perjalanan masih sangat panjang. Sehingga masih butuh kesabaran, kerja keras dan selalu menjaga kekompakan. Terutama sekali, saling menghargai sangat diharapkan. Agar kedepan kita bisa lebih mudah melewati rintangan yang mungkin akan timbul dalam perjalanan.
Sampai dengan hari ini, saya percaya bahwa niat baik pejuang Sultim untuk memperjuangkan lahirnya Daerah Otomomi Baru tersebut. Sesuatu yang murni dilatari karena kesadaran ingin mendekatkan pelayanan pemerintah terhadap pelayanan publik, tidak ada niatan lain. Persepsi negatif yang mungkin saja muncul berkenaan dengan tujuan itu, sedapat mungkin kita lepaskan. Sekarang kita telah berjalan amat jauh, pengertian yang baik dan kerjasama satu-satunya kunci untuk menggapai tujuan bersama ini.
Dalam sisi tertentu, kita semua tentu saja amat berterima kasih pada dukungan aktivis, tokoh politik dan rakyat Sulawesi Tengah. Suatu ujian yang amat berat tatkala dalam keadaan yang stabil dorongan untuk berpisah harus dilakukan. Tetapi itulah kenyataan yang harus kita hadapi, bahwa Sulteng dan Sultim harus lahir masing-masing sebagai dirinya sendirinya. Sejarah akan mencatat bahwa Sulteng akan tetap menjadi saudara tua Sulawesi Timur, yang pernah saling berbagi sumber daya dan kehidupan bersama.
Dari suatu perspektif kesetaraan kestabilan wilayah dengan syarat-syarat pendukungnya. Masyarakat di wilayah timur menyadari betul kesanggupan itu, tidak saja dalam natural resources sebagai base income pertumbuhan, tetapi juga jarak lintas ruang dan waktu yang sangat senjang. Maka pemekaran wilayah mutlak menjadi resolusi. Pada titik inilah, pengertian bersama, dan keterbukaan luas dibutuhkan sebagai bangunan dasar solidaritas bagi Sulawesi Timur.
Dalam rangka itulah, saya ingin menyampaikan pada para pejuang Sultim “jangan jumawa dengan capain hari ini”. Kita baru saja melalui satu tahap awal untuk mewujudkan lahirnya Daerah Otonomi Baru bernama Sulawes Timur. Setelah segala persyaratan administrasi terpenuhi, maka tahapan selanjutnya adalah perjuangan politik. Kita butuh politikal will dari pemrintah pusat dan dukungan politik fraksi” di DPR RI.
Dalam tahapan ini, tentu saja dibutuhkan peran strategis para pejuang Sultim untuk membangun komunikasi politik yang efektif dengan fraksi DPR RI. Oleh Karena ini ruang pertarungan politik maka yang sulit dihindari adalah lahirnya sifat subyektifitas fraksi” yang ada di DPR RI. Sehingga dibutuhkan orang-orang yangg tepat untuk melakukan kerja-kerja koordinasi lintas fraksi DPR RI.
Saat ini, beberapa tokoh di tingkat DPR RI, katakanlah, Dr. Supratman A. Agtas, selaku Ketua Badan Legislasi dan Syarifudin Suding yang sangat menentukan di interal fraksinya. Selain itu, ada Muhidin Said, kader senior Partai Golkar yang sangat di perhitungkan di internal Partai Golkar dan ada pula Rendi Lamajido dari Partai PDIP, Verna Inkiriwang dari Partai Demokrat. Serta saya sendiri Ahmad M. Ali dari fraksi partai Nasdem. Saya secara pribadi mengharapkan sekali semua dukungan teman-teman anggota DPR RI dapil Sulteng agar bisa membantu percepatan lahirnya DOB Sultim. Dari 6 anggota DPR RI dapil Sulteng, kebetulan sekali, hanya saya putra kelahiran wilayah Timur yang duduk di DPR RI.
Saat ini tahapan perjuangan yang harus ditempuh, tinggal komunikasi politik antar elit. Dalam rangka ini, saya secara pribadi mengingatkan agar sedapat mungkin mengurangi “tim hore” ke Jakarta. Karena selain berdampak pada ketidakstabilan cost, hal ini sudah masuk dalam ruang politik. Sehingga tidak perlu saya kira kita membuang-buang uang ke Jakarta apa lagi membawa tim dengan jumlah yang fantastis karena belum tentu akan maksimal. Yang kita butuhkan saat ini adalah saling memperkuat, melakukan lobby-lobby, menciptakan kestabilan politik dan merangsang solidaritas luas untuk Sulawesi Timur.
(Penulis adalah anggota Komisi III DPR RI dan Ketua DPW Partai NasDem Sulawesi Tengah)